KEBIJAKAN DEVIDEN
1. PENGERTIAN
Kebijakan deviden (Deviden Policy) adalah kebijakan untuk menentukan berapa banyak laba yang harus dibbayarkan (Deviden) kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali didalam perusahaan (Laba ditahan).
Devidend Payout Ratio (DPR) adalah deviden kas tahunandibagi dengan per lembar saham (EPS). Rasio ini menunjukan persentaseperusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham biasa perusahaan berupa deviden kas. Apabila laba saat ini perusahaan ditahan dalam jumlah yang besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai deviden semakin kecil.
Deviden adalah pendapatan bagi pemegang saham yang dibayarkan setiap akhir periode sesuai dengan persentasenya.
Jadi, Kebijakan deviden merupakan bagian integral dari keputusan pembelanjaan perusahaan.
1.1 Kebijakan Deviden Pasif dan Aktif
♦ Deviden Sebagai Sisa Pasif
Apabila kita melakuakan kebijakn deviden sebagai keputusan pembelanjaan secara kaku, pembayaran deviden kas merupakan sisa pasif. Persentase pendapatan yang dibayarkan sebagai deviden akakn berfluktuasi pada periode ke periode sesuai dengan fluktuasi jumlah kesempatan investasi yang diterima perusahaan. Apabila kesempatan investasi tersebut berlebihan maka perusahaan pendapatan yang dibayarkan untuk deviden adalah 0, sebaliknya apabila kesempatan investasi yang menguntungkan tidak ada maka pembayaran deviden adalah 100% dari pendapatan tersebut. Jadi, DPR adalah bernilai 0 sampai 1.
Perlakuan kebijakan deviden sebgai sisa yang pasif, ditentukan tersendiri oleh tersedianya usaha investasi yang dapat diterima, menunujukan secara langsung bahwa deviden tidak relevan.
2. KETIDAKRELEVANAN DEVIDEN
M&M menyediakan argumentai terbaik untuk ketidakrelevanan deviden. Mereka menyatakan bahwa keputusan investasi yang ditentukan perusahaan, DPR adalah pelengkap belaka dan DPR tidak mempengaruhi kekayaan para pemegang saham. M&M berargumentasi bahwa nilai perusahaan ditentukan tersendiri oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (laba), atau kebijakan investasi. Jadi, Pembagian pendapatan perusahaan menjadi deviden dan laba yang ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
2.1 Deviden Sekarang Versus Penahanan Pendapatan (Laba), setelah perusahaan membuat keputusan investasi, maka harus diputuskan apakah :
a) Menahan pendapatan, atau
b) Membayar deviden dan menjual saham baru sebesar deviden tersebut dalam rangka membelanjai investasi perusahaan.
3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DEVIDEN
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada paar pemegang saham antara lain :
☺ Aturan Yang Sah
- Aturan tentang Melemahnya Modal
Sering ada aturan yang melarang perusahaan membayar deviden bila pembayaran tersebut dilakukan maka akan membuat modal perusahaan ini melemah.
Tujuan utama dari aturan ini adalah untuk melindungi para kreditur perusahaan, dan aturan tersebut mungkin mempunyai beberapa pangaruh bila perusahaan tersebut adalah relative baru.
- Aturan Insolvensy
Terdapat aturan yang melarang pembayaran deviden kas bila perusahaan dalam keadaan tidak solvable.
Insolvency adalah kondisi dimana nilai utang yang tercatat melebihi niali aktiva yang tercatat, atau perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban untuk membayar semua utamgnay pada saat jatuh tempo.
- Aturan Penahan Laba
Apabila perusahaan menahan labanya secara berlebihan terutama dengan tujuan menghindari pajak juga dilarang. Dengan tidak pernah membagi deviden maka para pemegang saham tidak terkena pajak deviden, hanya terkena pajak Capital Gains saja.
☺ Posisi Likuiditas Perusahaan
☺ kebutuhan Dana Perusahaan Untuk Membayar Hutang
☺ Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
☺ Pengawasan Terhadap perusahaan
☺ Kemampuan Meminjam
☺ Tingkat Keuntungan
☺ Stabilitas Return
☺ Akses Kepasar Modal
☺ Batasan Dalam Kontrak Utang
☺ Kontrol
Rupiah
400
EPS
300
200
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
100 _ _ _ _׀ ׀ ׀_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ DPS
׀ _ _ _ _ _׀
Waktu
Gambar Kebijakan Deviden Pada Perusahaan A
4. TEORI KEBIJAKAN DEVIDEN
Manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan :
- Dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk deviden
- Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning)
Persentase deviden yang dibagi dari EAT disebut “Devidend Payout Ratio” (DPR)
Deviden yang ditahan
DPR =
EAT
Persentase laba ditahan dari EAT adalah (1-DPR)
Berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan deviden antara lain :
· Teori “Deviden tidak relevan” Dari MM
Menurut Modigliani dan Militer (MM), nilai suatu perusahaan tida ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas resiko perusahaan. Jadi, menurut MM deviden adalah tidak relevan.
- Pernyataan MM ini didasarkan oleh beberapa asumsi yang “lemah” seperti :
a) Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional.
b) Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru.
c) Tidak ada pajak.
d) Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.
Dapat diketahui bahwa modal sendiri dapat berasal dari laba ditahn dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasa dari laba ditahan , biaya modal sendiri berentuk Ks. Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal sendiri adalah
D1 D1
Ks = + g Ke = + g
Po
Keterangan :
Ks = Biaya modal sendiri dari laba ditahan
Ke = Biaya modal sendiri dari saham baru
Di = Deviden setahun mendatang
g = Pertumbuhan deviden / keuntungan
F = flotation cost atau biaya emisi saham
Jika D1,
Artinya perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan dari pada menerbitkan saham baru.
· Teori “The Bird in the Hand”
Menurut Gordon dan Lintner menatakan bahwa biaya modal sendiri (Ks) perusahaan akan naik jika DPR rendah. Mengapa? Karena investor lebih suka menerima deviden daripada capital gains.
» Ingat : bahwa dilihat dari sisi investor, Ks adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham.
D1
Ks = + g
= Devidend yield + Capital gains yield
· Teori perbedaan pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan karena adanya pajak terhadap keuntungan deviden dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.
· Teori “Signaling Hypothesis”
Seperti teori deviden laiannya, teori “Signaling Hypothesis” ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan deviden mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelahj adanya kenaikan dan penurunan deviden semata-mata disebabkan oleh efek “sinyal” atau disebabkan karena efek “sinyal” dan preferensi terhadap deviden.
· Teori “Clientele Effect”
- Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan deviden perusahaan.
- Kelompok pegeng saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend Payout Ratio yang tingi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senanag jika perusahaan menahan sebgaian besar laba bersih perusahaan.
- Bukti empiris menunjukan bahwa efek dari “clientele” ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukan bahwa deviden besar lebih baik dari deviden kecil, Demikian sebalikmya. Efek “clientele” ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan deviden tertentu lebih menguntungkan mereka.
5. MACAM-MACAM KEBIJAKAN DEVIDEN
♦ Kebijakan Deviden Yang Stabil
Artinya jumlah deviden per lembar dibyarkan setiap athun tetap selam jangka waktu
tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.
♦ Kebijakan Deviden Dengan Penetapan jumlah Deviden Minimal Ditambah Jumlah Ekstra Tertentu
Artinya Kebijakan ini meneukan jumlah rupiah minimal deviden per lembar saham setiap tahunnya apabila keuntungan perusahaan lebih baik akan membayar deviden ekstra
♦ Kebijakan Deviden Dengan Penetapan Deviden Payout Ratio yang Konstan
Artinya kebijakan ini memberi deviden yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, semakin besar deviden yang dibayarkan dan sebaliknya.
Dasar yang digunakan sering disebut Deviden Payout Ratio
♦ Kebijakan Deviden Yang Fleksibel
Artinya besarnya setiap tahun disesuaikan dengan kondisi financial dan kebutuhan financial dari perusahaan yang bersangkutan.
6. STOCK REPURCHASE, STOCK DEVIDEN DAN STOCK SPLIT
a) Stock Repurchase
· Sebagai alternative terhadap pemberian deviden berupa uang tunai (cash dividend), perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada para pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan (repurchasing stock).
· Efek dari pembelian kembali saham perusahaan diilustarsikan sebagai berikut,
Contoh : PT. OXA memiliki laba bersih setelah pajak untuk tahun 2009 sebesar 100
juta. 50% dari jumlah ini akan didistribusikan kepada pemegang saham. Jumlah saham beredar adalah 25.000 lembar. PT. OXA dapat menggunakan 50 juta untuk membeli kembali 2.273 lembar saham perusahaan melalui tender dengan harga Rp.22.000,- / lembar. Sebagai alternative, perusahaan dapat membagikan deviden sebesar Rp.2000,- / lembar. Harga saham saat ini adalah Rp.20.000,- / lembar.
Efek dari sock repurchase pada EPS (Earning Per Share) dan harga saham adalah :
100 juta
- EPS sekarang = = 4.000,- / lembar
25.000
20.000,-
- PER (Price Earning Ratio) sekarang = = 5 x PER dianggap konstan
4.000,-
100 juta
- EPS setelah Stock Repurchase = = 4.400,- / lembar
22.727
- Harga saham yang diharapkan setelah stock repurchase = PER x EPS
= 5 x 4.400 = Rp 22.000,-
- capital Gains yang diharapkan = 22.000 – 20.000 = Rp 2.000,-
· Harga stock repurchase pada ekuilibrium (Harga yang membuat sama pilihan untuk menjual saha kembali ke perusahaan atau menahannya) dapat dihitung dengan rumus sbb :
( S x Pc )
P* =
( S - n )
Keterangan :
P* = Harga stock repurchase equilibrium
S = Jumlah saham beredar sebelum stock repurchase
Pc = Harga saham saat ini sebelum stock repurchase
n = Jumlah lembar saham yang akan dibeli kembali oleh perusahaan
Misalnya, ilustrasi PT. OXA diatas dapat dihitung harga stock repurchase nya.
Dik : S = 25.000 lembar
Pc = Rp. 20.000,-
n = 2.273 lembar
Jawab :
(25.000 x 20.000)
P* = = Rp.22.000 ,-
(25.000 – 2.273)
· Keuntungan stock repurchase bagi pemegang saham
(1) Stock repurchase sering dipandang sebagai tanda positif bagi investor karena pada umumnya Stock repurchase dilakukan jika perusahaan merasa bahwa saham “undervalued”
(2) Stock repurchase mengurangi jumlah saham yang beredar di pasar.
· Kerugian stock repurchase bagi pemegang saham
(1) Perusahaan membeli kembali saham dengan harga terlalu tinggi.
(2) Keuntungan stock repurchase dalam bentuk capital gains, padaahal sebagian investor lebih menyukai deviden.
· Keuntungan stock repurchase pada perusahaan
(1) Menghindari kenaikkan deviden
(2) Dapat digunakan sebagi strategi intuk mengacau usaha pangambil-alihan perusahaan (yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak-banyaknya hingga mencapai jumlah saham mayoritas). Stock repurchase dapat menggalkan usaha ini.
(3) Mengubah struktur modal perusahaan
(4) Saham yang ditari kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan membutuhkan tambahan dana.
· Kerugian stock repurchase bagi perusahaan
(1) Dapat merusak image perusahaan
(2) Setelah stock repurchase, Pasar mungkun merasa bahwa resiko perusahaan meningkat sehingga dapat menurunkan harga saham.
b) Stock deviden
Adalah kebijakan yang pembayaran devidennya kepada pemegang saham dalam bentuk saham bukan dalam uang tunai.
Rumus :
Stock Deviden (SD) = % SD * Jumlah lembar saham
Pemberian deviden tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi dari modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock deviden ini akan mengurangi pos laba di tahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham
c) Stock Splits
Merupakan kebijakan untuk meningkatkanb jumlah lembar saham dengan cara pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan pengurangan nilai nominal saham yang lebih kecil secara proporsional.Oleh karena itu dengan stock splits harga saham menjadi lebih murah.
Rumus :
b a
x Jumlah lembar saham x Jumlah lembar saham
a b
7. KEBIJAKAN REVERSE STOCK SPLITS
· Reverse Stock Splits
Kebijakan untuk menurunkan jumlah lembar saham dengan cara pengurangan jumlah lembar saham menjadi lembar yang lebih sedikit dengan penambahan harga nominal per lembar secra proporsional.
Dari bukti empiris, dengan adanya reverse stock splits mengakibatkan harga saham turun secara signifikan. Penurunan tersebut diperlambat oleh prestasipendapatan perusahaan diwaktu yang lalu, jadi perusahaan yang sehat akan berfikir dua kali sebelum melaksanakan referse stock splits
Rumus :
a b
x Jumlah lembar saham x Jumlah lembar saham
b a
Keterangan :
a = Perbandingan terkecil
b = Perbandingan terbesar
8. PEMBELIAN KEMBALI SAHAM
(1) Saham dapat dibeli pada pasar terbuka (open market)
(2) Perusahaan membuat penawaran formal untuk membeli saham perusahaan dalam jumlah tertentu dan harga yang telah ditetapkan.
(3) Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau beberapa pemegang saham besar (major stockholder). Pendekatan ini disebut “negotiated basis”.
(4) Keputusan investasi atau pembelanjaan
9. RUMUS-RUMUS YANG DIGUNAKAN
1. Stock Deviden (SD) = % SD x Jumlah lembar saham
2. Saham biasa (SB) = Harga nominal x (SD + Jumlah lembar saham) atau
3. Saham biasa baru = SB lama + ( SD x Harga nominal )
4. Agio saham (AS) =
AS lama + {SD(HP-HN)} , Jika nilai harga pasar (HP) › harga nominal (HN)
AS lama – {SD(HN-HP)} , Jika nilai harga pasar (HP) ‹ harga nominal (HN)
5. Laba yang ditahan = LYD lama – (SD x HP)
6.Rumus stock splits dan reverse splits
Keterangan : HP => Harga pasar
HN => Harga nominal
10. CONTOH SOAL :
1. Diketahui struktur modal PT. BARBIELUV’ U adalah sbb :
Saham biasa ( @ 5000, 5000 lembar) = Rp. 25.000.000
Agio saham = Rp. 25.000.000
Laba ditahan = Rp. 25.000.000 +
Jumlah modal sendiri = Rp.75.000.000
Jika perusahaan melakukan :
a. Stock deviden sebesar 20% dari lembar saham biasa sedangkan harga pasar Rp.8000/lembar. Tentukan struktur modal baru setelah dilakukan stock deviden dan berikan alasannya !
b. Stock splits “two to five”. Tentukan struktur modal baru setelah stock splits dan berikan analisanya !
c. Reverse splits “three to six” . Tentukan struktur modal baru setelah reverse splits dan berikan analisisny !
JAWAB :
Stock deviden = 20% x 5000 = 1000
Saham biasa = 5000 x (1000 + 5000) = 30.000.000
Agio saham = 25.000.000 + (1000(8000-5000))
= 25.000.000 + 3000.000 = 28.000.000
LYD = 25.000.000 – (1000 x 8000) = 17.000.000
Struktur modal baru PT. BARBIELUV’ U adalah sbb :
Saham biasa ( @ 5000, 6000 lembar ) = Rp.30.000.000
Agio saham = Rp.28.000.000
LYD = Rp.17.000.000 +
Jumlah modal sendiri = Rp.75.000.000
Analisa : jika perusahaan melakukan stock deviden 20%, maka jumlahlembar saham akan bertambah sebanyak 1000 lembar, agio saham bertambah menjadi Rp.28.000.000 dan laba ditahan berkurang menjadi Rp.17.000.000
a. Stock splits “nine to three”
b a
= x Jumlah lembar = x Nilai nominal
a b
5 2
= x 5000 = 12.500 = x 5000 = 2000
2 5
Jadi, struktur modal baru PT. BARBIELUV’ U adalah sbb :
Saham biasa ( @ 2000, 12.500 lembar) = Rp.25.000.000
Agio saham = Rp.25.000.000
Laba ditahan = Rp.25.000.000 +
Jumlah modal sendiri = Rp.75.000.000
Analisis : jika perusahaan melakukan stock splits “two to five”, maka jumlah lembar saham bertambah menjadi 12.500 lembar sedangkan nilai nominal saham akan berkurang menjadi Rp.2000/lembar.
b. Reverse splits “two to three”
a b
= x Jumlah lembar = x Nilai nominal
b a
3 6
= x 5000 = 2500 = x 5000 = 10000
6 3
Jadi, struktur modal baru PT. BARBIELUV’ U adalah sbb :
Saham biasa ( @ 2000, 12.500 lembar) = Rp.25.000.000
Agio saham = Rp.25.000.000
Laba ditahan = Rp.25.000.000 +
Jumlah modal sendiri = Rp.75.000.000
Analisis : jika perusahaan melakukan stock splits “two to five”, maka jumlah lembar saham bertambah menjadi 12.500 lembar sedangkan nilai nominal saham akan berkurang menjadi Rp.2000/lembar.
Jadi, struktur modal baru PT. BARBIELUV’ U adalah sbb :
Saham biasa ( @ 10000, 2500 lembar) = Rp.25.000.000
Agio saham = Rp.25.000.000
Laba ditahan = Rp.25.000.000 +
Jumlah modal sendiri = Rp.75.000.000
Analisis : jika perusahaan melakukan stock splits “three to six”, maka jumlah lembar saham berkurang menjadi 2.500 lembar sedangkan nilai nominal saham akan bertambah menjadi Rp.10.000/lembar.
REFRENSI :
1. Drs. Lukas Atmaja. M, Sc , Akuntansi Manajemen ,1995
2. Digital Book tahun ajaran ATA // tingkat 2, Universitas Gunadarma
3. Modul Manajemen Keuangan 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar